Skip to main content

Mutu Beton f'c (MPa) dan mutu beton K (Kg/cm2)


Dalam konstruksi bangunan Sipil, Beton adalah suatu massa padat yang terbentuk dari pencampuran agregat (pasir dan batu pecah atau kerikil), semen, air, dan bahan tambah (additive, bila diperlukan).
Dalam pelaksanaan pekerjaan pembetonan, banyak hal yang perlu diperhatikan agar kekuatan beton dapat tercapai sesuai dengan kuat tekan yang direncanakan dalam JMD

Kekuatan beton atau mutu beton seringkali kita jumpai dengan notasi "f'c" atau "K"

Mutu beton f'c
Mutu beton f'c dinyatakan dalam satuan MPa. Beton dengan mutu f'c 25 MPa menyatakan kuat tekan beton tersebut adalah 25 MPa pada umur 28 hari dengan menggunakan benda uji silinder ukuran dimater 15 cm x tinggi 30 cm.
fyi, 1 Mpa = 1 N/mm² = 10,2 Kg/cm². 

Mutu beton K
Mutu beton K dinyatakan dalam satuan Kg/cm². Beton dengan mutu K-300 menyatakan kuat tekan beton tersebut adalah 300 Kg/cm² pada umur 28 hari dengan menggunakan benda uji kubus ukuran dimater 15 x 15 x 15 cm.



Mengolah Data Kuat Tekan Beton
Untuk mengetahui kuat tekan beton dari sampel yang diuji, ada beberapa data yang diperlukan, :
Bentuk sampel dan dimensinya, Umur sampel, Maximum Load (kN) & Weight in Air (Kg).
Setelah data-data tersebut lengkap, kita olah dengan menggunakan Ms. Excel sesuai dengan rumus yang mengacu pada SNI.


Keterangan :
fc  = 𝛔 = Kuat Tekan (MPa atau Kg/cm²)
P   = Maximum Load (kN)
A  = Luas permukaan sampel (cm²)

Setelah diperoleh nilai fc, maka nilai tersebut dibagi faktor umur beton, yaitu :
0,46 untuk umur 3 hari
0,65 untuk umur 7 hari
0,88 untuk umur 14 hari
0,96 untuk umur 21 hari
1,00 untuk umur 28 hari atau lebih

setelah hasil bagi kuat tekan dibagi dengan faktor umur, maka nilai tersebut dibagi lagi dengan faktor bentuk sampel :
1 untuk benda uji kubus ukuran 15 x 15 x 15 cm, dan 0,83 untuk benda uji silinder ukuran diameter 15 cm x tinggi 30 cm.

Untuk lebih mudah, rumus-rumus diatas dapat kita masukkan kedalam Ms. Excel seperti berikut :D


Bagaimana ?
Gambar diatas adalah tabel pengolahan untuk sampel kubus uk. 15 x 15 x 15 cm.

Seperti yang diuraikan sebelumnya, untuk mengolah data, kita perlu mengetahui Umur Beton.
Umur beton dapat diketahui dari selisih antara Tanggal test dengan Tanggal Cor. Langkah-langkah pengolahan data seperti tabel di atas adalah :

  1. Input tanggal cor dan tanggal test 
  2. Input hari pada kolom D dengan mengurangkan (b) - (a)
  3. Input Mass yaitu berat beton di udara (Weight in Air).
  4. Input luas penampang sampel kubus yaitu =15*15
  5. Input volume benda uji kubus yaitu =15*15*15
  6. Berat Isi Beton (kolom H) dicari dengan rumus (Mass (Kgs)*10⁶ / Volume (cm³)). Mass dikalikan dengan 10⁶ untuk mengubah satuan Kgs/cm³ menjadi Kgs/m³
  7. Isi kolom AGE FACTOR sesuai dengan umur tekan benda uji. Bila ditekan pada umur 7 hari, maka masukkan 0,65. Bila ditekan pada umur 14 hari, maka masukkan 0,88. Bila ditekan pada umur 21 hari masukka 0,96, dan bila di tekan pada umur 28 hari atau lebih, masukkan 1.
  8. Input nilai Beban Maksimum (kN) pada kolom MAXIMUM LOAD
  9. Pada kolom STRESS, input dengan rumus yang tertera pada gambar, yaitu Nilai Maximum Load dikalikan 10 dan dibagi luas penampang (inilah yang dimaksud rumus fc' = P / A). Dalam hal ini, nilai maksimum load di kalikan 10 untuk mengonversi satuan kN/cm² menjadi N/mm². 
  10. Pada kolom CUBE STRENGTH 28 DAYS, input dengan membagi nilai STRESS dengan AGE FACTOR, kemudian kalikan dengan 10,2. 10,2 adalah konversi dari N/mm² atau MPa menjadi Kg/cm².
  11. Cari nilai 1,64 * Standar Deviasi dengan memasukkan rumus =1,64*STDEV(blok kolom yang berisi data kuat tekan); misalnya pada tabel di atas rumusnya adalah =1,64*STDEV(L10:L13).
  12. Pada baris AVERAGE STRENGTH 28 Days adalah Kuat Tekan Rata-Rata dikurangi dengan (1,64 x Standar Deviasi); (ini yang dimaksud rumus f'cr = f'c - 1,64 Sr). Dengan demikian, nilai yang muncul adalah nilai "Kuat Tekan Karakteristik atau Kuat Tekan Rata-rata Perlu".
Untuk sampel silinder, perhitungannya sama, tinggal ganti Luas Permukaan dan Volume nya, selanjutnya untuk kolom STRENGTH, diinput dengan cara : STRESS/AGE FACTOR/0,83. Tidak usah dikalikan dengan 10,2 kecuali ingin dinyatakan dalam satuan Kg/cm². 0,83 adalah konstanta untuk faktor bentuk benda uji yaitu silinder.

*Catatan : 1,64 adalah tetapan statistik untuk faktor penyimpangan sebesar 5%

Comments

Popular posts from this blog

Prinsip Dasar Pola pembebanan Plat lantai pada perhitungan Balok induk lantai 2

Sebelum menghitung dimensi balok pada lantai 2, perlu untuk menghitung beban beban yang bekerja pada balok tersebut. Beban yang diterima oleh balok, ( seperti pada ilustrasi dibawah ini ) adalah : beban plat lantai ( q1 ) beban balok anak ( berat sendiri balok anak + q2 )   Ilustrasi pembebanan pada balok B1 Langkah2 Perhitungan : 1. Menentukan beban yang bekerja pada plat lantai Beban pada plat lantai ( kasus umum ) 2, Menghitungan tebal plat lantai ( dianggap sudah hitung ) 3. Menghitung beban merata pada balok. Menghitung beban plat pada balok B1 Beban merata pada balok B1 3. Menghitung beban terpusat pada balok. Beban  P1 ( beban plat lantai pada balok B2 dan berat sendiri balok B2 ; dipakai untuk perhitungan kolom pada portal struktur ) Beban  P2 ( beban plat lantai pada balok anak dan berat sendiri balok anak ) Beban terpusat pada balok B1 4. Menghitung beban angin dan beban gempa 5. Input data pada portal ( sap ; etabs ; staadpro 

Menentukan Dimensi Balok, Kolom dan Pelat Lantai Struktur Bangunan

CARA MENENTUKAN DIMENSI BALOK, KOLOM DAN PELAT LANTAI Perhitungan struktur bangunan wajib untuk dilakukan orang yang ahli di bidang tersebut. Tetapi bagi anda yang tidak ahli di bidang tersebut tetapi ingin mengetahui kasaran ukuran dari suatu balok, kolom, pelat lantai maka jangan berkecil hati, artikel berikut akan memberikan contoh perhitungan yang sederhana dimana anda bisa mengetahui kasaran dari ukuran balok, kolom dan pelat lantai Contoh : Bangunan dengan bentangan ruang 6 meter, maka tentukanlah: Dimensi balok Dimensi Kolom Tebal Pelat 1. Dimensi Balok Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang. Selain itu ring balok juga berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolomnya sehingga hubungan ring balok den

Memahami hubungan struktur pondasi, sloof, kolom, dan ringbalok pada rumah tinggal

Komponen struktur utama bangunan yang perlu dipahami dalam membangunan rumah adalah : Pondasi Penulangan beton (sloof, kolom, dan ring balok) Kuda-kuda dan atap untuk bagian lain lebih merupakan komponen non struktural yaitu : Eksterior dan Interior Berikut adalah gambaran / ilustrasi bagian struktur bangunan selain atap, meliputi hubungan antara pondasi, sloof, kolom dan ringbalok serta hubungan dengan dinding dan kusen. hubungan pondasi, sloof, kolom, ringbalok, dinding dan kusen